Value Investing & Saham Backdoor

Value Investing & Saham Backdoor

Strategi Value Investing & Saham Backdoor

1. Value Investing

Value investing adalah strategi mencari saham yang dianggap murah, baik dari segi rasio PE (Price to Earnings) maupun BV (Book Value) dengan uang kecil dan target profit hanya 5–10%. PE dan PBV murah tidak menjamin kenaikan cepat. Saham dibeli saat valuasi rendah dan dijual saat PE naik atau performa membaik. Strategi ini biasanya membutuhkan kesabaran dengan waktu yang cukup lama, bahkan 2–3 tahun, untuk menjadi bagger (return 100%). Banyak investor yang 'nyangkut' karena berharap kenaikan harga cepat padahal strategi ini bersifat jangka panjang, market belum waktunya naik.

Value investing kurang cocok jika hanya mengandalkan analisa teknikal seperti tarik-tarik garis di chart (sinyal jangka pendek), apalagi pada saham-saham small cap karena pengaruh sentimen lebih dominan. Namun, teknikal bisa digunakan untuk saham blue chip seperti BCA dan BRI.

Value investing adalah strategi investasi yang dilakukan dengan membeli saham-saham yang dianggap murah, yaitu diperdagangkan di bawah nilai intrinsiknya, lalu menahannya dalam jangka panjang hingga nilainya naik. Strategi ini banyak diterapkan oleh investor legendaris seperti Warren Buffett. Jika value investing dilakukan dengan benar dan disertai kesabaran, maka akan muncul efek compounding sebagai hasilnya.

Compounding sendiri adalah proses pertumbuhan berlipat-lipat, di mana keuntungan yang diperoleh akan menghasilkan keuntungan baru dari waktu ke waktu. Misalnya, jika investasi tumbuh 10% per tahun, maka dalam 10–20 tahun hasilnya bisa sangat besar karena “keuntungan menghasilkan keuntungan”.

Dengan kata lain, value investing adalah jalannya, dan compounding adalah hasil akhirnya—pertumbuhan kekayaan yang besar dari proses yang konsisten dan sabar.

Catatan: Satu tahun terdiri dari 4 kuartal:

  • Q1: Jan–Mar
  • Q2: Apr–Jun
  • Q3: Jul–Sep
  • Q4: Okt–Des

2. Saham Backdoor (Backdoor Listing)

Saham backdoor adalah saham dari perusahaan kecil yang diakuisisi oleh perusahaan besar, sehingga terjadi lonjakan valuasi secara drastis. Contohnya: perusahaan kecil dengan valuasi Rp50 miliar mendapat suntikan dana Rp10 triliun. Valuasinya langsung melonjak, harganya salah (salah harga), dan saham bisa naik 100–300% hanya dalam 1–3 bulan.

Strategi ini tidak muncul setiap hari, fokus jika ada, namun bisa sangat menguntungkan jika dipilih dengan benar. Jika ada momentum, segera masuk (hajar). Jika gagal, bisa keluar di tengah jalan. Risikonya kecil selama tahu kapan masuk dan kapan keluar, jangan menyerah hanya karena rugi sementara. Pilih saham yang murah, perusahaan yang bagus, dan pemilik yang kredibel.

Ciri-ciri Saham Backdoor yang Potensial:

  • Harga saham relatif murah, namun perusahaan memiliki prospek bisnis yang menjanjikan.
  • Perusahaan memiliki brand yang dikenal luas, serta figur pemilik dengan personal branding yang kuat—dapat diverifikasi melalui pencarian di Google.
  • Dikelola oleh owner yang kaya, memiliki rekam jejak bisnis yang jelas, piawai dalam berbisnis, serta memahami pemanfaatan pasar modal (leverage capital market). Perusahaan tidak stagnan, dan pemiliknya memiliki visi serius untuk mengembangkan perusahaan, bukan sekadar mencari keuntungan jangka pendek dari pasar. Contoh figur seperti ini antara lain Anthony Salim dan Prajogo Pangestu (PP berkeinginan jadi orang terkaya di Indonesia bahkan dunia di video 5 Andry Hakim).

Setiap tahun bisa ada 20–30 saham yang potensial backdoor. Pilih satu yang terbaik dengan bantuan notifikasi seperti Google Alert. Tools lainnya bisa ditambahkan dengan:

  • Telegram Channel Saham, Telegram Bot
  • Twitter/X Finance Tracker
  • Watchlist di aplikasi sekuritas
  • Forum komunitas seperti Stockbit, Investing.com, Yahoo Finance, dan lainnya

3. Prinsip dan Mindset Investasi

  • Harga saham tidak hanya ditentukan oleh valuasi murah atau mahal, tetapi juga oleh supply dan demand. Saham mahal tapi diminati pasar akan terus naik.
  • Pelajari cara membeli dan menjual saham, bukan hanya waktu beli dan jual saham tertentu.
  • Waspadai pom-pom saham (ajakan beli tanpa dasar analisis).
  • Buku rekomendasi: Virgin Airlines oleh Richard Branson — mengajarkan cara analisa bisnis, berguna untuk analisa saham.
  • Investasilah pada orang yang bagus, bukan hanya perusahaan yang bagus. Orang baik bisa membuat perusahaan biasa menjadi luar biasa.
  • Contoh: Perusahaan undervalued bisa tetap murah kalau pemiliknya tidak jujur yang jualan sahamnya tiap naik sedikit. Tapi jika perusahaan buruk diambil alih oleh orang yang baik dan punya visi, hasilnya bisa luar biasa.

4. Nasihat Finansial

"Jangan pernah menyerah."

Banyak orang sudah memilih saham yang tepat berdasarkan analisis mereka, tetapi tidak sabar karena pasar belum waktunya naik. Analisis mereka sebenarnya sudah benar, hanya saja momennya belum tiba. Jika mereka bersabar sedikit lagi, hasilnya bisa sangat menjanjikan.

Banyak yang gagal karena menginginkan hasil instan—membeli saham hari ini, lalu berharap menjadi kaya minggu depan atau bulan depan. Hal itu memang mungkin terjadi, tetapi hanya karena keberuntungan, bukan strategi yang bisa diandalkan.

Dalam saham, bisnis, maupun kripto, semuanya butuh waktu. Bahkan Warren Buffett dan pemilik BlackRock yang sangat berpengalaman pun pernah mengalami kerugian. Tidak ada orang kaya yang hanya bekerja nyangkul dari pukul 9 pagi sampai 5 sore tanpa usaha ekstra. Tidak ada jalan instan.

Orang-orang sukses memulai dengan kerja keras—bahkan hingga larut malam, bekerja sampai jam 1 pagi atau 14 jam per hari. Mereka membangun aset produktif dengan memiliki saham, baik di perusahaan sendiri maupun di perusahaan orang lain.

5. Ilustrasi & Refleksi

Perusahaan yang mampu membukukan keuntungan sebesar 30% per tahun sudah tergolong sangat baik. Untuk mencapai status bagger—yakni saham yang nilainya meningkat berkali-kali lipat—biasanya dibutuhkan waktu antara 2 hingga 5 tahun. Sebaliknya, saham backdoor listing kerap menawarkan pertumbuhan yang lebih cepat, meski risikonya pun tak bisa diabaikan.

Bayangkan proses membesarkan seorang anak hingga lulus kuliah, dengan segala kemewahan: mobil pribadi, fasilitas terbaik, bahkan penerbangan kelas satu. Namun, setelah lulus, semua kemewahan itu sengaja dicabut. Bukan untuk menyulitkan, melainkan agar sang anak belajar mandiri dan membangun daya juangnya. Harapannya, ia terdorong untuk kembali meraih kemewahan yang pernah dirasakannya—kali ini dengan usahanya sendiri.

6. Catatan

Tidak semua saham memiliki Market Maker. Beberapa saham didukung oleh Market Maker yang aktif, sementara yang lain tidak sehingga pergerakan sahamnya secara organik. Market Maker ada yang berperan positif, yaitu membantu pergerakan harga agar sehat dan menguntungkan banyak pihak, namun ada juga yang negatif, seperti memanipulasi harga dan "membanting" harga saham hingga lima kali demi keuntungan pribadi.

Kualitas sebuah perusahaan sangat dipengaruhi oleh integritas pemiliknya. Jika perusahaan dikelola oleh owner yang memiliki visi jangka panjang, tidak hanya mengejar keuntungan pribadi di pasar saham, dan memiliki rekam jejak bisnis yang baik, maka sahamnya berpotensi naik signifikan hingga menjadi multi-bagger.

Ada saham yang cocok untuk investasi jangka panjang, dan ada pula yang lebih cocok untuk trading jangka pendek. Misalnya, saham seperti INKP memiliki pola pergerakan historis naik-turun yang tajam. Rasio PE (Price to Earnings) dan BV (Book Value) harus dianalisis lebih lanjut untuk mengetahui valuasi sebenarnya.

Jika Anda sudah memahami bahwa suatu saham sedang dalam kondisi undervalue, jangan khawatir jika harganya masih mengalami penurunan dalam jangka pendek. Fokus pada fundamental dan nilai jangka panjang.

Di Indonesia, bank konvensional saat ini cenderung lebih stabil dan kuat dibandingkan bank digital. Namun, di negara seperti Tiongkok, tren tersebut bisa berbalik, di mana bank digital tumbuh lebih pesat dan dominan.

Jika perusahaan sudah tidak memiliki rencana aksi korporasi ke depan, maka pertimbangkan untuk melakukan take profit.

Pada saham-saham berkapitalisasi kecil (small cap), pergerakan harga sering kali tidak mengikuti pola teknikal yang umum karena dikendalikan oleh Market Maker. Dalam kondisi seperti ini, analisis teknikal menjadi kurang relevan karena harga bisa dimanipulasi dengan mudah. Market Maker biasanya bertindak atas sepengetahuan atau bahkan seizin pemilik perusahaan.

Sikap pemilik sangat menentukan—ada yang tidak peduli harga saham jatuh hingga Rp50 per lembar, yang penting mereka bisa memperoleh dana segar. Padahal, harga Rp50 tersebut masih bisa memberikan keuntungan hingga 100% bagi owner, karena harga perolehan awal mereka mungkin hanya sekitar Rp25. Dengan kata lain, meskipun harga saham terlihat murah di pasar, pihak internal tetap mendapatkan margin keuntungan yang besar.

Bagi investor jangka panjang, memahami prinsip compound interest sangat penting. Compound interest, atau bunga berbunga, berarti keuntungan yang diperoleh akan menghasilkan keuntungan tambahan seiring waktu jika terus diinvestasikan kembali. Dalam investasi saham, pertumbuhan laba perusahaan yang konsisten, dividen yang terus bertambah, serta kenaikan harga saham akan mempercepat efek compounding. Oleh karena itu, memilih saham perusahaan yang dikelola dengan baik dan memegangnya dalam jangka panjang dapat menghasilkan pertumbuhan kekayaan yang eksponensial.

Comments

Popular posts from this blog

Ciri dan Strategi Saham Multibagger A

Corporate Action: Macam, Tujuan, Contoh, dan Dampaknya

Mental Block: Diri & Afirmasi